Ngobrol di Atas Akar: Ketika Hutan Jadi Psikolog Gratis

🔀 Read in English 🇬🇧

Selamat Datang di Expena (Expedisi Penikmat Alam Nusantara)

Ngobrol di Atas Akar: Ketika Hutan Jadi Psikolog Gratis

Sore itu saya duduk di akar pohon besar yang entah namanya apa. Nggak ada sinyal, nggak ada notifikasi, cuma semilir angin dan suara jangkrik yang kadang berisiknya kayak lagi demo. Awalnya saya mikir, "Ngapain sih ke hutan sendirian kayak begini?" Tapi lima menit kemudian, malah saya yang nggak pengin balik.

Kita sering sibuk nyari pelarian: nonton, scroll TikTok, atau makan siang sambil nonton review makanan lain. Tapi jarang banget kita berhenti dan nanya ke diri sendiri, "Eh, kamu capek nggak sih?" Nah, ternyata jawabannya muncul pas saya diem dan duduk aja di atas akar itu. Akar beneran, bukan akar masalah.

Saya nggak tahu ini bakal disebut 'healing' atau cuma 'kabur dari kenyataan'. Tapi yang jelas, pas saya duduk di sana, saya ngerasa kayak di-reset. Nggak ada suara orang, nggak ada klakson, nggak ada jam kerja. Cuma saya dan daun-daun yang jatuh random tanpa notifikasi.

Ada momen saya bengong ngeliatin semut. Serius. Mereka sibuk, jalan berbaris, kadang nabrak, kadang diem. Tapi tetap jalan lagi. Kayak hidup. Kadang chaos, kadang rapi. Tapi tetap lanjut. Dan lucunya, itu bikin saya senyum sendiri.

Saya juga ketemu pohon yang bentuknya mirip orang tua lagi duduk selonjor. Entah kenapa, saya langsung kepikiran ayah. Yang udah jarang ngobrol, tapi masih ada di rumah. Mungkin saya yang terlalu sibuk nyari sinyal, lupa sinyal hati.

Kalau kamu ngerasa kayak dunia terlalu rame, coba deh sekali aja, matiin HP dan duduk di bawah pohon. Nggak perlu camping seminggu. Cukup 3 jam. Serius, 3 jam tanpa sinyal bisa bikin kamu nemu hal-hal kecil yang udah lama nggak kamu perhatiin. Kayak nafas kamu sendiri.

Saya nggak ngajak kamu jadi aktivis lingkungan atau pendaki hardcore. Saya cuma pengin bilang: kadang, yang kita butuhin bukan solusi. Tapi jeda. Dan kadang, jeda itu adanya di tempat yang nggak ada Wi-Fi.

Mungkin kamu bakal ngerasa aneh pertama kali. Nggak tau mau ngapain. Tapi tahan dikit. Liat langit. Hirup udara. Dengerin suara daun. Dan biarkan hutan jadi psikolog gratis kamu. Nggak bakal ngasih diagnosa, tapi bisa bikin kamu inget siapa kamu.

Dan ya, kalau kamu beruntung, kamu bisa pulang dengan versi kamu yang lebih... utuh. Bukan sempurna. Tapi lebih jujur.

Selamat duduk di atas akar. Bukan untuk sembunyi, tapi buat ketemu lagi sama diri sendiri.

Welcome to Expena (Expedisi Penikmat Alam Nusantara)

Chatting on Roots: When the Forest Becomes Your Free Therapist

That afternoon, I sat on the root of a massive tree—I don’t know its name, and I don’t think it cares. No signal, no notifications. Just the wind brushing past and crickets that sounded like they were holding a protest. At first, I wondered, “Why am I doing this alone in the woods?” Five minutes later, I didn’t want to leave.

We keep running—from stress, from people, from ourselves. Netflix, TikTok, doomscrolling while eating lunch watching someone else eat lunch. But when was the last time we paused and asked ourselves, “Hey, are you tired?” Turns out, the answer shows up when you're quiet. Sitting. Breathing. On a literal root—not a metaphorical one.

I’m not sure if this counts as healing or just running away responsibly. But while sitting there, I felt like someone pressed a soft reset on my brain. No traffic. No group chats. No deadlines. Just me and leaves falling freely—no push notifications.

There was a moment I just stared at ants. Seriously. They were marching, bumping into each other, stopping, rerouting. Like life. Sometimes messy, sometimes organized. But always moving forward. And somehow, that made me smile.

I also found a tree that looked like an old man sitting cross-legged. For no reason, it reminded me of my dad. We barely talk lately. Maybe I’ve been too busy chasing signals and forgetting heart signals.

If the world feels too loud for you lately, try this: turn off your phone and sit under a tree. You don’t need to be Bear Grylls. You just need 3 hours. No signal. You’ll notice tiny things again. Like your own breathing.

I’m not telling you to become a forest advocate or a hardcore hiker. I just want to say—sometimes, what we need isn’t a fix. It’s a pause. And sometimes, that pause lives where there's no Wi-Fi.

You might feel weird at first. Don’t know what to do. But give it a minute. Look up. Breathe in. Hear the leaves. Let the forest be your unpaid therapist. No diagnosis. Just a reminder of who you really are.

And yeah, if you're lucky, you’ll go home with a version of yourself that feels… less fragmented. Not perfect. But more honest.

Happy sitting on roots. Not to hide, but to reintroduce yourself—to yourself.

Posting Komentar untuk "Ngobrol di Atas Akar: Ketika Hutan Jadi Psikolog Gratis"